CARA MENANAM MELON MENGGUNAKAN TEKNOLOGI JIMMY HANTU
SYARAT TUMBUH TANAMAN MELON
Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000-3000 mm/th dengan
ketinggian tempat yang optimal 200-900 mdpl. Intensitas sinar matahari
berkisar antara 10-12 jam per hari. Suhu optimal untuk perkecambahan
berkisar 28°-30°C, untuk pertumbuhan vegetatif 20-25°C dan untuk
pembungaan >25°C. Rasa melon yang manis akan tercapai apabila selisih
suhu antara siang dan malam cukup tinggi. Suhu pada siang hari untuk
pembesaran 26°C sehingga dapat meningkatkan fotosintesis. Sedangkan suhu
malam harinya <20°C untuk menekan proses respirasi cadangan makanan.
Air sangat dibutuhkan oleh tanaman ini karena 90% kandungan melon
terdiri dari air. Lokasi penanaman melon sebaiknya bukan bekas lahan
tanaman melon atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2
tahun untuk diperoleh hasil yang optimal.
PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA MELON
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur
pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran
bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester.
Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
PELAKSANAAN BUDIDAYA MELON
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, Pembuatan
bedengan kasar dengan lebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm dan lebar parit
50-70 cm, pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP
(Plastik Hitam Perak) untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian
pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK
15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, kemudian dilakukan
pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur
dengan tanah, persiapan selanjutnya pemasangan mulsa PHP, pembuatan
lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm x 60 cm
sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm dan
kemudian dilakukan pemasangan ajir. Pemasangan ajir yang dianjurkan
dengan sistem ajir tegak supaya kelembaban tanaman terjaga, masing2 ajir
dihubungkan dengan gelagar. Gelagar ini disamping menghubungkan ajir
yang satu dengan lainnya juga berfungsi sebagai tempat penggantungan
buah. Agar serangkaian ajir tersebut menjadi kuat pada ajir paling
pinggir dan setiap 4 ajir dipasang ajir penguat membentuk sudut ± 45°.
Persiapan Pembibitan dan Penanaman
Pada persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau sungkup pembibitan
untuk melindungi bibit yang masih muda. Kemudian menyediakan media semai
dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK
halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum
melakukan penyemaian benih, sebaiknya benih direndam dalam larutan
fungisida sistemik berbahan aktif simokanil atau metalaksil dengan dosis
½ dari dosis terendah yang dianjurkan pada kemasan selama ± 6 jam,
baru kemudian benih disemai pada media. Untuk mempercepat perkecambahan
benih permukaan media ditutup dengan kain goni (bisa juga menggunakan
mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan lembab.
Pembukaan penutup
permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru
kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan
sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan dibuka lagi jam 15.00-17.00.
Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk
penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah dan dilakukan setiap
pagi. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil dan
insektisida berbahan aktif imidakloprid pada umur 8 hss (hari setelah
semai) dengan dosis ½ dari dosis terendah. Bibit yang sudah memiliki 4
helai daun sejati siap untuk pindah tanam ke lahan.
PEMELIHARAAN TANAMAN PADA BUDIDAYA MELON
Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu. Tanaman yang
sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan
tidak seragam. Dan akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.
Pengikatan dan Pemangkasan Tanaman
Tanaman melon termasuk tanaman merambat dengan pertumbuhan yang cepat,
untuk itu sedini mungkin harus sudah segera diikatkan pada ajir,
pengikatan dilakukan setiap jarak 40 cm.
Pemangkasan tanaman
bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Agar
sirkulasi udara di sekitar arel pertanaman lancar maka dianjurkan
memelihara satu cabang utama. Pemangkasan cabang lateral dimulai dari
ruas ke-1 sampai ke-6. Cabang lateral pada ruas ke-7 sampai ke-10
dipelihara sebagai tempat bakal buah. Bakal buah diseleksi saat ukuran
buah minimal sebesar telur, dipilih 2 buah yang sempurna. Setelah
dilakukan seleksi buah cabang lateral yang buahnya dipelihara dipangkas
dengan menyisakan 3 helai daun diatasnya. Sedangkan cabang lateral yang
buahnya tidak dipelihara, yang satu dipangkas pada ruas ke 2 dan yang
satunya lagi dipelihara sebagai cadangan daun untuk mengantisipasi
kekurangan daun akibat serangan hama penyakit. Pemangkasan cabang
lateral dilanjutkan pada ruas ke-12 sampai ke-33. Ujung cabang utama
diatas ruas ke 33 kemudian dipangkas.
Buah melon perlu diikat pada
gelagar untuk membantu batang tanaman menyangga beban buah. Pengikatan
dilakukan pada cabang lateral yang berhubungan dengan tangkai buah
membentuk huruf T.
Sanitasi Lahan dan Pengairan
Sanitasi
lahan pada budidaya melon meliputi : pengendalian gulma/rumput,
pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan,
pemangkasan daun dan pencabutan tanaman yang terserang hama penyakit.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban
seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu
tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.
Pemupukan Susulan
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada umur 15 hst, 25 hst
dan 35 hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15 dan 1kg ZK dilarutkan dalam
200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.
Pupuk
daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 7 hst dan 24 hst,
sedangkan kandungan Phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur 20
hst, 30 hst dan 45 hst.
DEFISIENSI UNSUR HARA
Kalium.( Terdapat pada NPK JagoTani Hantu )
Tanaman melon memerlukan unsur hara kalium dalam jumlah yang sangat
banyak. Unsur ini berperan dalam penyusunan protein dan karbohidrat.
Selain itu pemberian unsur kalium yang cukup juga akan meningkatkan
kualitas buah serta meningkatkan ketahanan tanaman baik terhadap
serangan hama penyakit maupun kekeringan. Kekurangan kalium ditandai
dengan gejala tepi daun menjadi kuning muda, kemudian berubah menjadi
kecoklatan, akhirnya robek seolah bergerigi. Untuk mengatasi kekurangan
unsur hara ini dapat dikocor dg JAGOTANI HANTU, dan dapat pula dilakukan penyemprotan
pupuk daun yang mengandung asam amino ( hormon tanaman ), misalnya ZPT Hormon Multiguna ,Tanaman melon juga membutuhkan unsur
magnesium ( terdapat pada POC ACC ) dalam jumlah yang relatif banyak. Unsur ini berfungsi unsur
membentuk klorofil (zat hijau daun) dan mengaktifkan enzim-enzim dalam
proses metabolisme. Kekurangan unsur ini ditandai dengan klorosis
diantara tulang daun, warna daun menguning, terdapat bercak merah
kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Untuk mengatasi
kekurangan unsur ini dapat dengan pengapuran dan penyemprotan pupuk daun
yang mengandung magnesiun tinggi, misal magnesium sulfat.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN MELON
HAMA TANAMAN MELON
1. Gangsir
Gangsir menyerang batang tanaman muda terutama pada tanaman yang baru
saja pindah tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, dengan
memotong batang tanaman tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di
dalam tanah dengan membuat liang pada tanah, keberadaan gangsing dapat
dicirikan adanya onggokan tanah pada muka liang. Cara pengendaliannya
adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak
1gram pada lubang tanam.
2. Ulat Tanah
Hama jenis ini
menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya
bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang
batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering
dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan
pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada
lubang tanam.
3. Ulat Grayak
Ulat grayak menyerang
daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini
biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan
adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau
dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
4. Ulat Jengkal
Gejala serangan ulat ini ditandai pada tepi daun muda terdapat bekas
gigitan serangga yang makin lama makin makin ke tengah hingga tersisa
tulang daunnya. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
5. Thrips
Serangan thrips ditandai dengan adanya bercak-bercak keperakan pada
daun tanaman yang terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun
muda sehingga menyebabkan daun yang terserang mengeriting, akhirnya
tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
6. Kutu Daun
Kutu
daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran
dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang
terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting,
akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis
sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
7. Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih
seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun
sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan
cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam,
imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
8. Tungau
Tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan daun. Daun yang
terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta pada permukaan
bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning.
Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben,
klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
9. Kumbang Daun
Kumbang daun dinamakan juga oteng-oteng. Serangannya ditandai dengan
adanya bekas gigitan serangga membentuk guratan-guratan konsentris pada
daun. Selain merusak daun kumbang ini juga merusak bunga melon.
Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang
tertera pada kemasan.
10. Lalat Buah
Lalat betina dewasa
menyerang buah melon dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah,
kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur inilah yang akhirnya
menggerogoti buah melon sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat
buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil
eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan
posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya
disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida
berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
11. Tikus
Tikus menyerang buah melon pada malam hari, pada siang hari biasanya
hama ini bersembunyi dalam sarang. Cara pengendaliannya dapat dengan
memberikan umpan yang telah dicampur rodentisida, campuran ini ditaruh
di depan lubang tikus yang masih aktif, ditandai dengan adanya sisa-sisa
makanan baru pada lubang atau terlihat bekas dilalui tikus. Selain itu
bisa juga dengan cara, pada lubang sarang aktif diberi kabit, dan
disiram dengan air kemudian lubang ditutup dengan tanah agar gas yang
ditimbulkan oleh karbit tidak keluar.
12. Nematoda
Serangan
nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan
cacing tanah yang berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing
parasit yang menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing inilah
yang akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu
fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Cara
pengendalian nematoda adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif
karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
PENYAKIT TANAMAN MELON
1. Rebah Semai
Rebah semai biasa menyerang tanaman melon pada fase pembibitan. Cara
pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau
dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2. Layu Bakteri
Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, Serangannya disebabkan oleh
bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan
bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin
dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi
dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst
dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah,
contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3. Layu Fusarium
Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan layu
bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan
oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain
dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang,
melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi
menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau
propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai
pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat
persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan
pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai
anjuran pada kemasan.
4. Busuk Phytopthora
Penyakit
ini menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai
dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius
menyebabkan tanaman layu. Daun melon yang terserang seperti tersiram air
panas. Buah yang terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang
menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf
dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.
5. Gummy Stem Blight
Penyakit ini bermula dari bagian bawah batang tanaman yang nampak
seperti tercelup minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah
cokelat dan akhirnya tanaman mati. Daun yang terserang ditandai dengan
bercak bundar melekuk ke dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan
daun akan mengering. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida
sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil
tiofanat, karbendazim, tridemorf, difenokonazol, atau tebukonazol dan
fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb.
6. Powdery Mildew
Gejala diawali dengan
bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian bawah daun.
Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke permukaan daun bagian
atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian secara
kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol,
atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb.
7. Downy Midew
Terdapat
bercak berwana kuning muda pada permukaan daun yang dibatasi oleh tulang
daun, sedangkan pada permukaan bagian bawahnya terdapat massa spora
yang berwarna kehitaman. Pada serangan yang parah terjadi pembusukan
tulang daun yang akhirnya menyebabkan tanaman mati. Pengendalian secara
kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol,
atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb.
8. Antraknosa
Antraknosa
sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang
semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat
berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai
kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun
mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning
atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan
berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa
spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan
fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol,
dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb.
9. Kudis (scab)
Serangan pada buah muda akan
tampak bercak berwarna hijau-cokelatan melekuk ke dalam, bagian
pinggirnya mengeluarkan cairan yang akan mengering seperti karet. Pada
buah tua serangan penyakit ini akan membentuk kudis bergabus yang
berwarna cokelat, tetapi proses pematangan buah tidak mengalami
hambatan. Namun setelah dipanen, cendawan akan aktif dan buah mudah
membusuk. Pada daun yang terserang akan terlihat bercak cokelat
kebasah-basahan dan mengeluarkan lendir. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, atau dimetomorf
dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram,
atau tiram.
10. Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh
serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan
ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang
daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah
daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif
kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis
sesuai pada kemasan.
11. Virus
Virus merupakan penyakit
yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim
kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman
yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning
kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan
penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain
melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi
menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul,
dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik
melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat
pemangkasan. Beberapa upaya penanganannya virus antara lain :
membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus),
mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang
sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada
tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap
tanaman.
STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA MELON :
- Pengendalian hama gangsir, ulat tanah dan nematoda dilakukan
secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per
lubang tanam.
- Pengendalian hama ulat grayak, ulat jengkal,
thrips, kutu daun, kutu kebul, tungau, kumbang daun dan lalat buah dan
penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau
penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan
penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara
berturut-turut).
PANEN
Umur panen buah melon sangat
bervariasi, yaitu antara 55-85 hst (hari setelah tanam). Faktor yang
paling berpengaruh terhadap umur panen adalah genetik dan lingkungan.
Buah melon dengan varietas yang berbeda akan memiliki umur panen yang
berbeda pula sekalipun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama. Dan
sebaliknya, varietas melon yang sama akan memiliki umur panen yang
berbeda andaikata ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda, terutama
ketinggian tempat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar